Sabtu, 16 Mei 2009

Gametogenesis

1.Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali dan akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitive dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid 2n pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2.Tahapan meiosis. Spermatosit primer dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I dan diikuti meiosis II.ternyata tidak membagi sel benih yamg lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesama lewat suatu jembatan (intercellular bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3.Tahapan Spermiogenesis. Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom, dan fase penantangan. Hasil akhir berupa 4 spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita X. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatis manusia yang 23 kromosom akan dipertahankan.

Spermatozoa masak terdiri dari :
•Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialurodinase yang mempermudah fertilisasi ovum.
•Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
•Badan (corpus), bertanggung jawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
•Rkor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa kedalam vas deferen dan ductus ejakulotorius.
Spermatogenesis didalam testis yang terdiri dari tubulus semineferus yang berisi spermatogenik dan sel sertoli dan sel interstisial, vasdeferen, duktus epididimis, duktus efferent, tunica albuginea, dan lumen tubulus.

Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis fungsi sel-sel sertoli adalah:

1.Memberi lingkungan khusus tempat berkembangnya sel-sel germinal. Sel ini mensekresi cairan yang membasahi sel-sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus semineferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang berkembang dan baru dibentuk.
2.Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut spermiasi.
3.Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara lain:
Faktor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis pria selama perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dari duktus muller pada janin pria.
• Ekstradiol; hormone kelamin feminism yang penting.
• Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hipofisis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormone perangsang folikel.

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum, Oogenesis pada dasarnya mula-mula oogonium yang terdapat di ovarium memperbanyak diri dengan cara mitosis. Oogonium kemudian tumbuh menjadi oosit primer, selanjutnya oosit primer akan memasuki tahap meiosis I yang menghasilkan oosit sekunder dan polosit (badan kutub ) I. oosit sekunder kemudian mengalami pembelahan meiosis II dan pada akhir pembelahhan dihasilkan ovum dan polosit II.

Pertumbuhan atau pematangan pada folikel diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer / folikel primordial menjadi membesar dan sel-sel epitel selapis gepeng disebut berbeda pada stadium folikel primer. Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel folikuler kuboit yang melapisinya, namun selanjutnya terbentuk lapisan mukopolisakarida yang membatasi atau memisah diantaranya, yang disebut zona pellucid. Kemudian terbentuk juga suatu ronga dalam lapisan folikuler (antrum follikuli) yang makin lama makin membesar.tetapi. sel-sel folikuler yang berbatasan dengan zona pellucid oosit primer tetap utuh dan menjadi culumus ophurus. Stadium perkembangan ini disebut stadium folikel sekunder. Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh kedua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan seluler sebelah dalam yang kemudian menghasilkan hormone estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa sebelah luar). Pada stadium ini folikel disebut sebagai berada dalam stadium sudah matang disebut sebagai folikel tersier atau folikel de graff.

Selasa, 10 Maret 2009

Dari zigot menjadi embrio

hm..
keren gak??

perkembangan ayam dari sebuah telur menjadi anak ayam,,
beginilah prosesnya...

dari fertilisasi, pembelahan sel membentuk 2 sel, 4 sel, morula, blastula, gastrulasi( pembentukan mesoderm, ektoderm, dan endodrm), organogenesis yang terdiferensiasi menjadi beberapa sistem dalam tubuh makhluk hidup,,dan selanjutnya embrionya berkembang menjadi anak ayam yang siap menetas..

Perkembangan Hewan


















hm..

maaf...

nama latinnya gw tulis gak cetak miring cz gw cepet2 n kelupaan,,
heheheheh...

seharusnya 22 ny di cetak miring..

hihiiii..

sorry...

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Jenis makroalgae yang berhasil didapatkan di pantai Harlens, kampung Tablasupa distrik Depapre antara lain :
1. Padina japonica ditemukan pada kedalaman 43 cm, melekat pada karang, talus berbentuk seperti kipas dan memiliki garis-garis kosentris. Populasinya menyebar dengan panjang transek pengamatan 50-100 kaki Warna awal adalah adalah cokelat terang, setelah pengawetan berwarna hijau kecoklatan
2. Halimeda opuntia ditemukan pada kedalaman 1,43 m, melekat pada pasir, talus bersegmen dan berbentuk seperti ginjal populasinya menyebar dengan panjang transek pengamatan 100-150 kaki. Warna awal adalah hijau muda, setelah pengawetan bagian atas berwarna hijau, dan bagian bawah berwarna putih.
3. Gigartina mamilosa ditemukan pada kedalaman 2,5-3 m melekat pada batu karang ,talusnya berlendir dan berbentuk seperti lembaran atau filamen. Populasinya menyebar. Warna awal merah tua, setelah pengawetan tetap berwarna merah tua.
4. Galaxaura oblongata ditemukan pada kedalaman 35-37 cm, melekat pada batu karang. Talusnya tumbuh tegak dengan percabangan dikotom. Populasinya menyebar dengan panjang transek 100-150 kaki. Warna awal adalah merah tua setelah pengawetan berubah manjadi coklat muda.
5. Gracilaria coronopifolia ditemukan pada kedalaman 2.5-3 m, melekat pada batu karang, Talusnya tumbuh tegak seperti tulang rawan. Populasinya menyebar dengan panjang transek 100-150 kaki. Warna awal adalah merah tua setelah pengawetan tidak mengalami perubahan warna
6. Turbinaria ornata ditemukan pada kedalaman 34-37 cm, melekat pada batu karang. Talusnya tumbuh tegak, berwarna cokelat kekuningan atau cokelat tua dengan bentuk seperti terompet. Populasinya menyebar dengan panjang transek pengamatan 50-100 kaki. Warna awal adalah cokelat setelah pengawetan warnanya tidak mengalami perubahan.
7. Actinotrichia fragilis ditemukan pada kedalaman 40-45 cm melekat pada batu karang. Talusnya memiliki percabangan dikotom. Warna awal adalah merah setelah pengawetan menjadi cokelat muda,

Keterangan : 1 langkah kaki = 1 meter

4.2 Pembahasan

1. Padina japonica
Padina dapat dijumpai di lautan daerah tropis maupun subtropis. Padina memiliki bentuk talus seperti kipas dengan garis-garis kosentris dibagian permukaannya. Ganggang ini melekat pada batu karang dengan alat lekat berupa holdflast.Padina ditemukan pada kedalaman 43 cm. Panjang padina berkisar 6 cm dengan talus berwarna cokelat. Padina di manfaatkan sebagai bahan makanan dan sebagai sumber penghasil algin

2. Halimeda opuntia
Ganggang ini tumbuh tegak, berwarna hijau terang jika basah dan akan berwarna putih krem atau putih kehijauan jika kering. Talusnya terdiri dari deretan segmen-segmen berbentuk seperti ginjal atau seperti kipas yang mengandung kapur, hidup melekat pada substrat berpasir dengan bantuan holdflast.dan biasanya berasosiasi dengan rumput laut Tinggi tumbuhan ini kira-kira 12 cm dan ditemukan pada kedalaman 1,43 m. Halimeda dapat dimanfaatkan sebagai obat anti bakterial, alat pengatur pertumbuhan (hampir sama dengan auksin), hormon giberilin dan sitokinin.

3. Gigartina mamillosa
Gigartina dapat di jumpai tersebar dibelahan bumi utara maupun selatan. Ganggang ini mempunyai bentuk bervariasi (tergantung spesiesnya) diantaranya ada yang berupa lembaran dengan cabang-cabang dikotom yang menyirip, berwarna merah tua atau pirang. Beberapa spesies mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena menghasilkan karagen.

4. Galaxaura oblongata
Galaxaura tersebar luas di perairan tropik dan subtropik. Talusnya mengandung kapur, tumbuh tegak dengan percabangan dikotom, berwarna merah keunguan dan licin, melekat pada batu karang dengan bantuan holdfast. Memiliki diameter 1,5-2 mm Galaxaura dimanfaatkan sebagai penghasil sumber polisakarida sulfat yang berhubungan dengan karagen

5. Gracilaria coronopifolia
Ganggang ini memiliki talus yang tumbuh tegak cartilaginous (seperti tulang rawan), berwarna coklat kehijauan sampai cokelat gelap atau ungu.memiliki tinggi berkisar 14 cm. Diameter cabang berukuran 1,5-2,2 mm Melekat pada holdfast kecil berbentuk sepert cakram. Percabangan talus berbentuk dikotom yang berulang-ulang. Ganggang ini dimanfaatkan untuk bahan makanan manusia dengan kandungan mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe, Zn, protein dan vitamin C serta sebagai sumber pembuatan agar-agar.

6. Turbinaria ornata.
Turbinaria merupakan ganggang yang menempel pada batuan atau batu karang yang terlindungi dari gerakan air. Talusnya tumbuh tegak, berwarna cokelat kekuningan atau cokelat tua tinggi dapat mencapai 17 cm, panjang cabang mencapai 5-7 mm terdiri atas holdfast yang bercabang-cabang seperti akar, dan sumbu utama dengan percabangan lateral menyerupai daun (filoid) dengan bentuk bervariasi diantaranya ada yang berbentuk seperti terompet reseptakel terdapat pada ketisk filoid sedangkan gelembung udara ada ada dalam filoid tersebut. Turbinaria dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan manusia, pupuk, sumber algin dan anti serangga.

7. Actinotrichia fragilis
Actinotrichia fragilis berupa ganggang merah dengan cabang sebesar 1 mm. Ganggang ini memiliki panjang mencapai 6 cm. Ganggang ini hidup pada batu karang yang terletak dibagian laut yang lebih dalam. Actinotrichia di manfaatkan sebagai bahan makanan manusia, makanan ternak, sumber protein, dan sebagai obat antibiotik

KESIMPULAN
Berdasarkan identifikasi sampel makroalgae, dapat diketahui bahwa makroalgae yang diperoleh di pantai Harlens, kampung Tablasupa Distrik Depapre terdiri dari kelas Chlorophyceae (1 spesies) yaitu Halimeda opuntia, kelas Phaeophyta (2 spesies) yaitu Padina japonica dan Turbinaria ornata. Dan Rhodophyta ( 4 spesies), yaitu Gigartina mamillosa, Gracilaria coronopifolia, Galaxaura oblongata, dan actinotrichia fragilis

Lokasi dan Waktu Praktikum

Waktu Praktikum

Praktikum ini berlangsung selama 1 hari yaitu pada hari sabtu tanggal 1 November 2008

Lokasi Praktikum

Lokasi praktikum adalah pantai Harlens dan Kampung Tablasupa Distrik Depapre. Jayapura.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi pada praktikum ini adalah Makroalgae yang terdapat di sekitar Pantai Harlens dan Kampung Tablasupa Distrik depapre Kabupaten Jayapura.

Sampel

Sampel yang diambil dalam praktikum ini adalah semua jenis Makroalgae yang ditemukan di sekitar Pantai Harlens dan Kampung Tablasupa Distrik Depapre Kabupaten Jayapura

ALAT dan BAHAN

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom, box spesimen, buku identifikasi. roll meter, tali rafia, sasak, kain kasa, kamera digital masker, snorkel, dan papan pencatat.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol 70%, air tawar, formalin 4%, kertas koran, dan makroalgae.

CARA KERJA

  1. Mencari ganggang sepanjang Transek pengamatan di pantai Harlens.
  2. Memilih jenis ganggang yang didapatkan kemudian dimasukkan didalam box spesimen.
  3. Merendam ganggang dengan air tawar untuk menghilangkan garam pada ganggang.
  4. Mencelupkan kedalam larutan alkohol 70% agar ganggang bebas dari jamur dan warnanya tidak pudar.
  5. Mencelupkan kedalam formalin 4% agar ganggang tetap awet.
  6. Meletakkan ganggang diatas kain kasa.
  7. Membungkus dengan menggunakan 2-3 lembar kertas koran.
  8. Mengatur dalam sasak kemudian di tempelkan dan diikat dengan tali rafia agar tidak lepas.
  9. Menjemur sasak agar bebas dari jamur

BIOLOGI 2007

BIOLOGI 2007 TABLASUPA

Foto Lokasi Praktikum










Pantai Harlens


Tambah Gambar









Pengambilan Sampel










Makroalgae yang di semprot formalin











Makroalgae yang Telah di beri formalin yang selanjutnya akan di awetkan di lab.

Sabtu, 28 Februari 2009

jenis Ganggang yang di temukan di Tablasupa













Galaxaura oblongata
















Gigartina mamillosa














Halimeda macroloba















Padina japonica

Tata nama, Klasifikasi, dan Identifikasi Tumbuhan

Tatanama Tumbuhan

  1. Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
  2. Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.
  3. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
  4. Setiap individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah taksa yang jenjang tingkatnya berurutan.
  5. Tingkat jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.
  6. Nama-nama takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.
  7. Nama suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda berbentuk jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk dalam suku tadi ditambah dengan akhiran -aceae.
  8. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat disusun dalam cara sembarang.
  9. Nama ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata yang berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin.
  10. Nama takson tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama ilmiah dalam bentuk singkatan.


Klasifikasi

  1. Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
  2. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu.
  3. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya.
  4. Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu hierarki tertentu.
  5. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu nama takson sekaligus menunjukkan pula tingkat takson (kategori).
  6. Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
  7. Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut dibagi menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode sistem numerik, periode sistem alam, dan periode sistem filogenetik.
  8. Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.
  9. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
  10. Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian menjadi empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah mengakibatkan sekelompok atau sebagian kelompok organisme yang semula termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan ke dalam dunia (regnum) baru atau regnum yang lain.

Identifikasi

  1. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
  2. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
  3. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT.
  4. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.
  5. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
  6. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.
  7. Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.
  8. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
  9. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat diketahui.
  10. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.

TUMBUHAN PAKU

Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.


A. Ciri-ciri tumbuhan paku

Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh


Ukuran dan bentuk tubuh

Ø Tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m misalnya paku tiang (Sphaeropteris). Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil diperkirakan ada yang mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini bervariasi, ada yang berbentuk lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa.


Ø Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.


Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit

  • Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun sejati. Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang yang yang tumbuh di atas tanah ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak bercabang.
  • Tumbuhan paku yang tidak memilki akar sejati memilki akar berupa rizoid yang terdapat pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang berdaun kecil, daunnya berupa sisik. Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis. Klorofil tumbuhan paku yang tak berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang.
  • Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium yang menghasilkan spora. Pada jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun, sporangiumnya terletak di sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya terletak pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang berbentuk strobilus.
  • Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil yang membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indisium.
  • Sebagian besar tumbuhan paku memiliki pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem. Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis.

Ø Xilem adalah pembuluh pengangkut senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Spora yang menghasilkan sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk hati yang disebut protalus atau protaliaum.


Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi gametofit

  • Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa milimeter. Sebagian besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut protalus. Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta memiliki klorofil untuk fotosintesis.
  • Protalus hidup bebas tanpa bergantung pada sporofit untuk kebutuhan nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku tertentu tidak memilki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Makanan tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan jamur.
  • Gametofit memilki alat reproduksi seksual. Alat reproduksi jantan adalah anteridium. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagelum. Alat reproduksi betina adalah arkegonium. Arkegonium menghasilkan ovum.
  • Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi pada satu individu. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual.
  • Gametofit yang hanya memiliki anteridium saja atau arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda).

B. Cara Hidup dan Habitat Tumbuhan Paku

  • Tumbuhan paku merupakan tumbuhan fotoautotrof. Tumbuhan paku ada yang hidup mengapung di air ( misalnya Azolla pinnata dan Marsilea crenata). Namun, pada umumnya tumbuhan paku adalah tumbuhan terestrial (tumbuhan darat).


C. Reproduksi

  • Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut.

  • Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
  • Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang.

  • Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n).
  • Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium, atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n).


  • Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n). Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
  • Dua fase yang sangat dominan dari daur hidup tumbuhan oaku adalah :

- Fase sporofit ( Tahap penghasil spora )

- Fase Gametofit ( Tahap penghasil sel kelamin )

Fase sporofit merupakan masa kehidupan yang relatif pendek, sporofit dimulai dari peleburan antara spermatozoit dan ovum yang membentuk zigot,zigot berkembang menjadi embrio,selanjutnya membentuk tumbuhan paku dewasa yang menghasilkan sporagia ( kotak spora ) dan menghasilkan sel-sel induk spora, kemudian membelah secara miosis,sehingga terbentuk spora yang merupakan awal dari fase gametofit.Spora yang jatuh ditempat yang sesuai akan menjadi protalium, kemudian protalium akan membentuk organ-organ kelamin.dan hasil peleburan spermatozoid dan ovum akan menghasilkan zigot yang merupakan awal dari fase sporofit baru